Ditulis waktu saya masih sekolah dulu. Waktu muak-muaknya dengan sekolah karena merasa pelajaran sekolah isinya sampah semua. Waktu mulai menyadari persamaan antara sekolah dan penjara: pagar tinggi, seragam dari ujung kepala sampai ujung kaki, ada penjaga yang tugasnya mendisiplinkan -mostly pakai hukuman, bunyi bel yang menandai kapan boleh makan, kapan boleh keluar masuk ruangan, dan sebagainya.
Ternyata saya dikutuk untuk menjalani apa yang dulu saya benci itu. Dulu sempat berpikir gak akan lanjut kuliah pasca-lulus SMK, sempat drop-out kuliah, sekarang tiba-tiba saya sudah menyelesaikan master - di bidang ilmu pendidikan pula. Gak terasa juga sudah sekitar 10 tahunan ngerjain proyek-proyek pendidikan. Dari ngajar anak-anak jalanan, jadi guru honorer di SMA & SMK, jadi asisten dosen, hingga sekarang bekerja di industri teknologi pendidikan yang visinya ingin memperluas akses pendidikan.
Jika saya adalah Sisifus yang harus menjalani kutukannya, maka sebagaimana kata Camus: bayangkan saja bahwa saya bahagia.
***
Ketika kebenaran hanya dalam kunci jawaban
Ketika pembelajaran hanya sekedar hafalan
Ketika keberhasilan hanya bernilai selembar ijazah
Maka sekolah adalah pembodohan
Ketika pendidikan dikuasai kapitalis
Ketika pendidikan menjadi ajang bisnis
Ketika pendidikan hanya untuk orang berduit
Biaya pendidikan mahal untuk sebuah pembodohan
Maka matilah kreativitas
Ketika belajar sebatas ruang kelas
Maka matilah imajinasi
Ketika ruang kelas penuh indoktrinasi
Tell me what you think
about this song